Allah
SWT telah menciptakan alam ini dengan system yang menyeluruh. Satu sama
lain saling berkaitan dan masing-masing mempunyai manfaat yang berbeda.
Allah yang menciptakan alam ini, sehingga Maha Mengetahui segala
sesuatu dari yang paling kecil hingga yang amat sangat besar. Karena itu
Allah menjadi sumber dari segala sumber ilmu pengetahuan. Allah sebagai
Al ‘Aliim terhadap sumua jenis ilmu, tidak hanya tentang
ilmu agama melainkan semua ilmu yang ada dimuka bumi baik yang ghoib
maupun yang nyata, sebagaimana Firman Allah dalam Al-Qur’an surah Al
Hasyr ayat 22: “Dia-lah Allah yang tiada Tuhan (yang berhak disembah)
selain Dia, Yang Mengetahui yang ghaib dan yang nyata. Dia-lah yang Maha
Pemurah lagi Maha Penyayang. “
Ada dua jalan yang Allah tunjukkan untuk mengenal ilmu Allah dimana Allah memberikan ilmu pengetahuan kepada manusia melalui Wahyu (jalan formal) dan melalui Ilham (jalan non formal). Secara
formal, Allah menurunkan wahyu melalui Rasul sebagai ayat-ayat
qauliyah. Ayat-ayat ini merupakan kebenaran yang mutlak dari Allah yang
menjadi panduan dan manhaj untuk manusia. Nilai
ilmu yang didapatkan melalui jalan formal ini adalah mutlak sifatnya dan
tidak pernah berubah dari awal diturunkannya ayat Al- Qur’an kepada
Nabi Muhammad SAW hingga hari kiamat. Semenjak Nabi SAW, nilai yang
dianut tidak berbeda dengan yang dianut oleh masyarakat saat ini
misalnya tata cara shalat, puasa, dan haji walaupun zaman sudah berubah.
Oleh karena itu nilai ayat qauliyah yang ada dalam Al-Qur’an begitu
banyak mengandung ilmu Allah yang dijadikan petunjuk dan pedoman bagi
kehidupan umat manusia. “Kitab (Al-Qur”an ) ini tidak ada keraguan
padanya ; petunjuk bagi mereka yang bertakwa”, (Q.S. 2; 2).
Pedoman
hidup manusia tidak berasal dari cara berfikir manusia tetapi berasal
dari Allah yang menciptakan manusia. Hal ini berbeda dengan ilmu yang
berkaitan tentang sarana kehidupan yang setiap saat bisa berubah.
Secara non formal, ilmu Allah dapat diterima dan diserap oleh manusia melalui tafakkur, tadabur dan penelitian terhadap alam. Ilmu yang diperoleh menusia lewat jalur ini dipergunakan manusia sebagai wasaa’il al- hayaah / sarana
untuk mempermudah kehidupan mereka. Ilmu ini merupakan rangkaian dari
pengalaman-pengalaman yang diperoreh manusia. Sarana hidup perlu
dikembangkan sesuai dengan keperluan manusia dan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Walaupun proses berkembangnya dari
pengalaman dan penelitian, tetapi obyek kajian tersebut adalah ciptaan
Allah yang didalamnya telah ditetapkan Sunatullah kauniyah yang
bersifat tetap dan sesuai dengan hukum alam yang Allah tetapkan.Ilmu
yang dikembangkan manusia telah terdapat dalam alam semesta tersebut.
Hakekat dari ilmu pengetahuan untuk keperluan sarana hidup ini
bisa berubah setiap waktu. Ketika dimasa Nabi SAW. Berperang dengan
panah dan berkendaraan dengan unta, tetapi saat ini telah berubah dimana
berperangnya dengan senjata canggih dan kendaraan yang modern.
Al-Quran merupakan kalamullah dan
membacanya merupakan ibadah. Betul, bagi seorang Muslim, sekadar
membacanya saja berpahala (Lihat: QS al-Fathir [35]: 29), bahkan pahala
itu diberikan atas setiap huruf al-Quran yang dibaca. Akan tetapi, yang
dituntut oleh Islam selanjutnya adalah penerapan atas apa yang dibaca.
Sebab, al-Quran bukan sekedar bacaan dan kumpulan pengetahuan semata,
tetapi petunjuk hidup bagi manusia. Al-Quran tidak hanya sekadar dibaca
dan dihapalkan saja, melainkan juga harus dipahami dan diamalkan isinya
dalam kehidupan sehari-hari.
Sering kita mendengar pernyataan bahwa
al-Quran adalah pedoman hidup. Tetapi nyatanya al-Quran tidak dijadikan
sebagai sumber hukum untuk mengatur kehidupan. Al-Quran hanya diambil
aspek moralnya saja sementara ketentuan dan hukum-hukumnya justru
ditinggalkan.